Sabtu, 11 Juni 2011

PROGRAM LATIHAN TAHUNAN (PLT) TENIS

Oleh : SUBARNA
Dalam kehidupan modern ini, manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga. Baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Tenis merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular dan banyak digemari di semua lapisan masyarakat.
Seperti halnya cabang olahraga yang mencakup aspek-aspek teknis tertentu. Untuk dapat bermain tenis baik bagi kaum amatir, lebih-lebih bagi pemain professional, seorang pemain dituntut untuk menguasai teknik-teknik memukul bola, langkah serta gerakan tubuh yang sesuai. Untuk kompetisi suatu kejuaraan seorang pemain tidak hanya dituntut pengetahuan teknis yang memadai, tetapi juga latihan yang intensif.

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi tenis menjadikan Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan mencapai prestasi maksimal dalam suatu even. Sangat ironi memang dengan jumlah penduduk yang begitu banyak, Indonesia saat ini belum mampu memperlihatkan prestasi terbaiknya dalam kancah regional maupun internasional.
Terlepas dari hal itu, salah satu faktor yang perlu dipikirkan dan diperhatikan terutama dalam hal ini pelatih adalah perencanaan program latihan. Program latihan merupakan serangkaian rencana latihan yang sistematis yang didasari oleh landasan ilmiah serta bertujuan untuk membantu atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Tanpa kemahiran pelatih dalam menyusun suatu program latihan yang baik, maka tidak mungkin pula dia bisa melaksanakan training secara terorganisasi dengan baik (Harsono, 2004:6). Berdasarkan hal itu, maka kami mencoba menyusun Program Latihan Tahunan (PLT) 9 bulan dengan siklus tunggal. PLT ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi atlet secara maksimal dengan puncak prestasinya (peak-nya) di pertandingan yang paling penting di tahun itu (Harsono, 2004:13). PLT ini terdiri atas Tahap Persiapan Umum (TPU) selama 2 bulan, Tahap Persiapan khusus (TPK) selama 2 bulan, Tahap Pra Pertandingan TPP selama 2 bulan, dan Tahap Pertandingan Utama (TPUT) selama 3 bulan.
Atas segala kekurangan yang disajikan dalam penyajian PLT ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Segala kritik dan saran kami terima dengan tangan terbuka. Semoga PLT ini bermanfaat bagi pengembangan olahraga tenis di tanah air.
BAB I
PENTINGNYA PERENCANAAN PROGRAM LATIHAN (PPL)

Perencanaan program atau training plan merupakan alat yang penting bagi pelatih untuk bias melaksanakan program secara terorganisasi dengan baik (well organized). Tanpa kemahiran pelatih dalam menyusun suatu program latihan yang baik, maka tidak mungkin pula dia bisa melaksanakan training secara terorganisasi dengan baik. Sebab kalau perencanaannya tidak bagus, hasilnya pun tak mungkin bagus. Sebaliknya kalau perencanaannya bagus, prestasi atletpun akan meningkat.
Pelatih dalam perencanaan program latihan harus memahami hokum-hukum/prinsip-prinsip dan metodologi pelatihan yang benar seperti prinsip spesifik, overkompensasi, recoveri, second wind, overload, multilateral, devolepment, densitas latihan, reversibility, volume dan durasi latihan.
Tugas utama pelatih ialah untuk menyiapkan atletnya sebaik mungkin agar dalam pertandingan kelak dia mampu berprestasi semaksimal mungkin. Agar persiapan dan latihan dapat dilakukan secara efektif, pelatih harus menyusun program untuk pengembangan atlet dalam aspek-aspek teknik (skill, keterampilan), taktik, kondisi fisik dan kondisi faaliah tubuhnya (conditioning) termasuk aspek psikologisnya.
Jadi proses perencanaan program latihan harus didasarkan pada prosedur yang metodis, sistematis, ilmiah, agar bias bekerja seefektif mungkin pelatih tentunya harus mempunyai kepekaan professional yang tinggi serta pengalaman yang luas dalam bidang pendidikan jasmani dan kepelatihan.






BAB II
PERIODISASI (TAHAP LATIHAN)

Pentahapan atau periodisasi adalah proses membagi-bagi program latihan tahunan ( PLT ) dalam tahap-tahap latihan yang lebih kecil. Tujuannya adalah agar program jangka panjang bisa dikelola dalam segmen-segmen yang lebih kecil sehingga kemungkinan mencapai puncak prestasi di pertandingan utama terwujud.
Jadi periodisasi dalam PLT adalah proses membagi program tahunan dalam beberapa tahap latihan (phase of training), disebut juga “ musim-musim latuhan” atau training seasons. Keduanya mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu untuk memungkinkan program dirancang secara khusus sehingga peaking ( pemuncakan performa / prestasi ) dicapai pada pertandingan penting pada waktu dan tanggal yang direncanakan. Jadi secara sederhana periodisasi diterjemahkan dengan pentahapan, yang system,metode,bentuk dan porsi latihan disetiap tahap mempunyai tujuan yang spesifik dan atlet dipersiapkan untuk latihan berikutnya yang lebih “advance” ( lebih meningkat kinerjanya.)
PERENCANAAN PERIODISASI
Planning atau perencanaan program oleh pelatih, namun atlet top yang berpengalaman bisa membantu dalam perencanaan program latihan tersbut. Faktor yang paling sukar mencapai prestasi adalah menyusun program latihan yang sesuai kebutuhan atlet,yang diukur secara objektif. Karena bila dilakukan secara subjektif atau mengandalkan “instinct”, “feeling” atau “menurut pengalaman dulu” maka keberhasilan akan “ kenetulan” saja. Metode periodisasi adalah cara yang paling baik.
TAHAP-TAHAP LATIHAN
Program (PLT) dibagi dalam sejumlah tahap periode latihan, dalam siklus makro (bulanan), mikro (mingguan), dan sesi-sesi latihan harian, bisa satu sesi atau dua sesi sehari, “……….daily or twice daily training seasons” ( Rushall dan Pyke : 1990) . Matveyev (1981) menambahkan satu siklus diantara siklus macro dan mikro yang disebut siklus meso ( meso – cycle) yang menurut dia merupakan jembatan antara macro dan mikro.
PLT untuk cabang olahraga dibagi dalam tiga tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan ( preparation period)
b. Tahap Pertandingan ( competition period), dan
c. Tahap Transisi ( taransition period) (Bompa : 1994 )
Maksud dan tujuan setap tahap latihan sama. Contohnya Jarver (1986) menamakan setiap tahap tersebut “…………fuondation, preparation, competitive, dan active rest”. Morehouse (1963) menyebutnya pre- season, early season, mid season, late season, dan post season. Pyke (1991) menamakan pre-season, in season, dan active rest. Sedangkan Harsono (1988) mengistilahkan sebagai musim persiapan, musim peningkatan prestasi, musim pematangan juara, dan musim usai pertandingan.
Tahap-Tahap Bagian (Sub-Phases of Training)
Tahap Persiapan dan Tahap Pertandingan dibagi menjadi dua tahap yang disebut tahap bagian atau sub-phase. Tahap Persiapan dibagi menjadi Tahap Persiapan Umum (TPU) dan Tahap Persiapan Khusus (TPK). Sedangkan Tahap Pertandingan dibagi menjadi Tahap Pra-Pertandingan (TPP) dan Tahap Pertandingan Utama (TPUT). Pembagian ini perlu karena sasaran atau tujuan dan subsatansi latihan berbeda dan harus berbeda
PROGRAM LATIHAN TAHUNAN

TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
LATIHAN PERSIAPAN PERTANDINGAN TRANSISI
TAHAP
BAGIAN TPU TPK TPP TPUT TRANSISI

Tahap Latihan dan Tahap Bagian (Sub-Phase)

Penjelasannya adalah :
1. Tahap Persiapan dibagi menjadi :
a. Tahap Persiapan Umum (TPU) atau general preparation phase
b. Tahap Persiapan khusus (TPK) atau specific preparation phase
2. Tahap Pertandingan dibagi menjadi :
a. Tahap Pra-Pertandingan (TPP) atau pre- competition phase
b. Tahap Pertandingan Utama (TPUT) atau main competition phase

Siklus Makro dan Siklus Mikro
Tujuan dari setiap siklus kecil tersebut adalah spesifik dan merupakan rincian dari sasaran umum PLT. Satu siklus makro berlangsung selama satu bulan, dan satu suklus mikro satu minggu. Namun tidak mutlak. Rushall dan Pyke (1990) mengatakan “ Macrocycle are periods of 3-5 weeks (monthly), while microcycles are 7-10 days (weekly) in length. There usually 3-5 microcycles per macrocycle.” Jadi berlngsung selama 3-5 minggu (bulanan), dan siklus mikro selama 7-10 hari. Dan biasanya ada 3-5 mikro per 1 makro
Ada juga pelatih menggunakan satu siklus latihan lagi dalam programnya yaitu siklus meso (mesocycle) yang menjembatani siklus macro dengan siklus mikro. Menurut Matveyev (1981) “ One mesocycle concists of a minimum two microcycle.”





Siklus Mikro. Merupakan perangkat fungsional yang penting dalam program latihan keseluruhan karena struktur dan isi program latihan menentukan kualitas dari proses latihan. Siklus Mikro didasarkan pada sasaran umum dari program dalam siklus makro (bulanan). Siklus Makro didasarkan pada sasaran program latihan secara keseluruhan. Isi atau materi latihan setiap siklus belum tentu sama, karena tergantung tujuan, volume, intensitas, dan metode latihan dan tergantung pada aspek yang dominant pada suatu tahap latihan. Contohnya, dalam TPU aspek dominant adalah volume latihan, dan meningkatkan kondisi fisik bukan keterampilan teknik.

Kriteria merancang suatu siklus mikro.
Dalam merancang suatu siklus mikro perlu mempertimbangkan :
a. Tetapkan sasaran atau tujuan utama, terutama faktor-faktor latihan yang dominant misalnya meningkatkan daya tahan dan perbaikan teknik menendang
b. Tentukan aras (level) latihan yang optimal, seperti volume latihan (misalnya 70%), intensitas latihan (misalnya medium), jumlah sesi latihan dan kompleksitas latihan
c. Hari apa latihan berat, kapan ringan, kapan medium. Artinya berapa peak yang diterapkan yang ditetapkan dalam mikro tersebut. Bisa satu atau dua peak (hari latihan berat), tergantung dari tahap latihannya. Dalam TPP atau TPUT bisa tiga peak dalam satu mikro
d. Tentukan karakteristik latihannya dengan mengacu kepada metode latihan yang akan diterapkan pada setiap sesi latihan
e. Tentukan hari apa dilakukan tes, uji-coba, pertandingan, sesuai program tahunan
f. Hari pertama siklus mikro dimulai dengan intensitas latihan yang rendah atau medium, kemudian disusul dengan yang intensif.
g. Sebelum tes uji-coba atau pertandingan, suklus mikro berisi satu peak 3-5 hari sebelum pertandingan

Selain itu tentukan pula berapa sesi latihan dalam satu hari, pagi saja, sore saja, atau pagi sore dan jam berapa latihannya. Sebelum mulai siklus mikro adakan pertemuan antara pelatih dan atlet agar tahu yang harus dilakukan. Dalam pertemuan tersebut mendiskusikan :
a. Tujuan tiap faktor latihan serta performa latihan atau standar tes (fisik,teknik) yang harus dicapai dalam siklus mikro tersebut
b. Metode latihan untuk mencapai tujuan
c. Rincian program (waktu latihan, volume dan intensitas latihan)
d. Kalau siklus mikro diakhiri dengan tes atau pertandingan, jelaskan mengenai tes atau pertandingan (tempat, lawan, jam berapa,dll) dan motivasi atlet mencapai sasaran yang ditetapkan

Evaluasi. Usai setiap macro, pelatih melakukan pertemuan evaluatif
dengan para atlit untuk :
a. Menganalisis apakah sasaran atau tujuan latihan sudah atau belum tercapai
b. Menganalisis aspek-aspek negatif dan positif sehubungan prilaku atlet, motivasi,ketekunan berlatih,dan lain-lain
c. Memberikan kesempatan kepada atlit untuk menyampaikan komentar atau penilaian terhadap latihan-latihan pada mikro yang lalu
d. Kalau perlu, adakan perubahan-perubahan untuk program latihan yang akan dating diterapkan pada siklus mikro berikutnya
e. Macam-macam informasi lain yang dipandang perlu

Komponen-Komponen dalam Setiap Tahap Latihan
Fisik. Sebagai pedoman umum, tahap persiapan menekankan pada latihan kondisi fisik, namun menyisihkan waktu untuk melatih keterampilan-keterampilan dasar. Karena belajar keterampilan (teknik gerakan) dan taktik memerlukan waktu lama. Misalnya dalam TPU meliputi komponen fisik dasar seperti daya tahan, kelentukan, dan kekuatan otot. Sedangkan pada TPK komponen fisik yang dilatihkan adalah komponen spesifik atau khusus misalnya power, agilitas, daya tahan otot, kecepatan, dan daya tahan kecepatan (stamina). Latihan power tidak efektif kalau kekuatan otot belum berkembang. Sebelum latihan stamina, daya tahan aerobik harus dilatih terlebih dahulu.

Volume dan intensitas latihan.
Pedoman merencanakan volume dan intensitas latihan adalah, pada tahap persiapan menekankan pada volume (kuantitas) latihan, sedangkan intensitas latihan masih rendah. Pada tahap pertandingan (competition period ) yang dominant adalah intensitas latihan sedangkan volume menurun. Intensitas latihan didesain dengan system gelombang atau wave –like system (naik-turun-naik-turun, dan seterusnya) atau step-type approach, tujuannya adalah agar tubuh melakukan proses regenerasi





Intensitas yang tinggi untuk hari berikutnya harus rendah agar tubuh bisa regenerasi dan overkonpensasi. Bila disusul dengan intensitas medium pada hari berikutnya maka sisa-sisa kelelahan hari sebelumnya masih terasa. Keadaan ini menambah tingkat kelelahan yang tinggi (increased level of fatique).
Rikoveri (pemulihan, recovery). Menghadapkan atlet terhadap satu stimulus harus seimban (rikoveri) Karena rikoveri lambat prosesnya dibanding munculnya kelelahan (fatique), maka setiap siklus mikro sebaiknya diakhiri dengan pengurangan rangsangan (stimulus reduction). Tujuannya untuk menjaga kalau tidak ada rikoveri yang cukup sebelum latihan berikutnya. Ricoveri sama penting dengan latihan. Tidak “adil” (appropriate) untuk meng-ekspose atlet terhadap rangsangan latihan yang berat bila sebelumnya tidak diberi kesemoatan untuk pulih asal dari rangsangan latihan sebelumnya.




BAB III
TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan ini merupakan tahap yang amat penting dalam keseluruhan program tahunan. Karena ditahap ini diletakkan dasar-dasar kerangka umum dari latihan fisik, teknik, taktik dan mental sebgai persiapan untuk tahap pertandingan yang akan dating.
Seperti telah digambarkan sebelumnya, tahap ini dibagi dua tahap bagian (sub-phases) , yaitu yang dinamakan TPU dan TPK. TPU sering direncanakan lebih lama daripada TPK, terutama untuk atlet pemula yang kondisi fisiknya masih kurang baik. Jadi dalam tahap persiapan yang misalnya 4 bulan (16 mikro), TPU bias 10 mikro, sedangkan TPK 6 mikro.
Sebelum tahap persiapan dimulai, sebagiknya atlet didiagnosa medik dan fisik untuk mengetahui status kesehatan dan kondisi fisik awalnya. Tes medik harus dilakukan serinci dan secermat mungkin oleh seorang dokter ahli yang, kalau mungkin mempunyai latar belakang dalam olahraga. Tes medik antara lainmengenai keadaan umum atlet seperti tekanan darah, frekuensi nadi, hemoglobin, EKG istirahat, EKG latihan, dll. Selain itu faal paru juga perlu dites, misalnya kapasitas vital, kapasitas pernapasan maksimal dll.
Tes fisik pada permulaan program yang harus dites ialah kemampuan VO2 max dan DNM ( Denyut Nadi Maksimal) atau MHR (maximum Heart Rate) setiap atlet. Tanpa mengetahui dulu kemampuan VO2 max dan DNM atlet, pelatih tak akan bias menentukan secara objektif beban atau intensitas latihan optimal setiap atletnya secara cermat.
VO2 max bisa dites Balke (lari 15 menit) atau multistage fitness test (beep test). Sedangkan DNM bisa dites dengan tes lari 5 menit maksimal atau dengan ergo-cycle selama 5 menit, dengan 20-30 detik mengayuh secepat-cepatnya.
Tes MHR penting untuk mengetahui kemampuan maksimal daya tahan aerobik atlet. Tanpa mengetahui ini, sukar kita akan bisa menentukan persentase intensitas latihannya kelak. Diagnosa dan tes-tes tersebut adalah penting guna mengetahui status awal kesehatan dan kondisi fisik atlet, agar pelatih tak terlalu sukar untuk menyusun program latihan yang. sesuai bagi setiap individu kelak.
Baik dalam TPU maupun TPK, latihan ditekankan pada perkembangan fisik dengan volume yang tinggi agar kelak dalam tahap-tahap selanjutnya latihan teknik dan taktik bisa dimaksimalisasi. Volume latihan yang tinggi akan menghasilkan atlet yang memiliki daya tahan yang tinggi pula sehingga atlet tidak mudah lelah, siap menerima beban latihan yang berat, cepat pulih-asal, dan psikologis tegar.
Sejak TPU sampai TPK, volume meningkat secara bertahap sampai mencapai kira-kira 80%. Untuk mengakomodasi volume yang tinggi tersebut. intensitas latihan umumnya rendah sampai medium (60-70%). Dalam tahap ini dilakukan pembenahan teknik dan taktik, namun belum ditekankan sebagaimana latihan fisik. Latihan mental: disiplin diri, rileksasi,komunikasi, konsentrasi, kepatuhan kepada pelatih dan acara latihan, dll.
Jadi secara umum, tujuan latihan dalam Tahap Persiapan antara lain:
a. Lakukan tes medik dan fisik untuk mengetahui status awal atlet.
b. Kembangkan kondisi fisik umum.
c. Kembangkan aspek teknik dan benahi aspek taktik.
d. Volume latihan tinggi, intensitas rendah sampai medium.
e. Tanamkan karakteristik psikologis khas cabor tenis.
f. Kembangkan unsur-unsur kerjasama antar individu dan pasangan
BAB IV
TAHAP PERSIAPAN UMUM (TPU)

TPU ini bisa berlangsung sekitar 2 bulan, artinya 2 makro atau 8 mikro (tergantung dari kondisi awal atlet, terutama kondisi fisiknya). Penekanan pada latihan kondisi fisik umum (daya tahan, kelentukan, kekuatan, unsur-unsur dasar kecepatan) guna membangun dasar-dasar kebugaran fisik dan kemampuan biomotorik yang solid. Tanpa kondisi fisik yang prima, pelatih tak akan bisa memaksimalkan latihan teknik dan taktik kelak di tahap-tahap latihan berikutnya. Selain latihan fisik, adakan pula perbaikan elemen-elemen teknik, dan dasar-dasar dari beberapa manuver taktik permainan. Demikian juga penanaman karakteristik psikologis cabor tenis.
A. Sasaran :
- Membangun dasar-dasar kebugaran fisik dan kemampuan
biomotorik yang kokoh (solid) : daya tahan, kekuatan, fleksibilitas.
- Memperbaiki kesalahan-kesalahan elemen teknik dasar tenis.
- Memperbaiki kesalahan-kesalahan dari taktik tenis
- Mengembangkan unsur disiplin, loyalitas, motivasi berlatih, serta kekompakan pasangan
B . Karakteristik :
- Latihan Fisik dominant (70 %)
- Latihan Teknik (30 %)
- Volume latihan tinggi, ditingkatkan secara bertahap sampai
sekitar 80 %, intesitas latihan 60 % - 70%
BAB V
TAHAP PERSIAPAN KHUSUS (TPK)
Dalam PLT 9-10 bulan, lama TPK bisa berlangsung selama dua sampai dua setengah bulan, artinya 8 - 10 mikro. Latihan fisik dasar yg. dilatih di TPU masih bisa dilanjutkan di awal TPK. Selambat-lambatnya di makro ke-2 TPK, karakteristik latihannya harus lebih spesifik ke cabor tenis, baik teknik, taktik, maupun unsur-unsur biomotorik.
A. Sasaran
- Pengembangan unsur-unsur fisik dasar yang telah dikembangkan di TPU dikonversikan menjadi unsur fisik yang lebih tinggi kualitasnya dan lebih spesifik cabang olahraga tenis (Stamina, agilitas, mobilitas, power, daya tahan otot, kecepatan).
- Penyempurnaan elemen-elemen teknik dasar tenis.
- Penyempurnaan elemen-elemen taktik tenis.
- Peningkatan konsentrasi, semangat berlatih,kekompakan pasangan, semangat juang.
B . Karakteristik
 Latihan Fisik 50 %
 Latihan Teknik 40 %
 Taktik 10 %
 Volume latihan masih naik secara progresif sampai kira-kira mendekat akhir TPK
 Di akhir TPK, intensitas meningkat secara progresif
 Uji Coba / pertandingan sudah dilaksanakan pada akhir TPK
BAB VI
TAHAP PRA PERTANDINGAN (TPP)
TPP ini bisa berlangsung selama 2 – 2 ½ bulan. Sesuai dengan prinsip “kekhususan” (specificity of training), latihan harus lebih khusus ditujukan kepada cabor tenis termasuk latihan fisik.
A. Sasaran :
- Pemeliharaan dan peningkatan unsur-unsur fisik yang spesifik seperti stamina, power, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan.
- Peningkatan kombinasi dan rangkainan berbagai teknik dasar tenis.
- Penyempurnaan manuver-manuver taktik tenis.
- Peningkatan kekompakan pasangan , semangat bertanding, pantang menyerah, dan sportivitas.
B. Karakteristik :
- Latihan Fisik 30 %
- Latihan Teknik (50 % - 40 %)
- Latihan Taktik (20 % - 30 %)
- Volume latihan menurun, namun intensitas tetap tinggi
- Unloading singkat sebelum uji coba.

BAB VII
TAHAP PERTANDINGAN UTAMA (TPUT) + UNLOADING
Karena banyak try-out, TPUT bisa berlangsung sekitar 3 bulan. Potensi fisik, teknik, taktik, kinerja mental, digali seoptimal mungkin.Tetap berlatih fisik spesifik cabor tenis untuk mempertahankan (maintain) kondisi yang telah dikembangkan di tahap-tahap sebelumnya.
Penekanan latihan ialah pada peningkatan aspek taktik (terutama “tactical sense” setiap individu atlet) yang sudah dikembangkan di TPP. Setiap pola penyerangan dan pertahanan haruslah dilatih sedemikian rupa sehingga berkembang menjadi “. . . a smoothly functioning and precision unit.”
A. Sasaran :
- Mempertahankan kondisi yang telah dikembangkan di tahap-tahap
Sebelumnya.
- Penyempurnaan dan konsolidasi teknik
- Peningkatan semangat bertanding, kepercayaan diri, pantang menyerah, kerjasama tim
b. Karakteristik :- Latihan Fisik 20 %
- Latihan Teknik 30 % - 20 %
- Latihan Taktik 50 % - 60 %
- Volume latihan menurun
- Intensitas naik secara progresif, bisa sampai 90 %
- Unloading 14 hari sebelum hari

BAB VII
TAHAP TRANSISI
Tahap usai pertandingan ini disebut tahap transisi karena merupakan tahap perpindahan (transisi) dari program PLT sebelumnya ke program PLT tahun berikutnya. Tahap ini biasanya berlangsung sekitar 6 minggu. Active recovery training, misalnya recreational sport activities seperti : hiking, fartlek, renang, dll. yang intensitasnya rendah-medium guna mempertahankan tingkat kondisi fisik sampai sekitar 60%. Hal ini adalah penting agar pada permulaan program PLT tahun depan kondisi atlet tetap baik. Tujuan memberikan istirahat fisik, “. . . psychogical rest, relaxation, and biological regeneration” (Bompa:1994); karena itu disebut juga “regeneration/rebuilding phase”, jadi latihannya dalam suasana rileks (efek psikologis). Tujuan lain: rehabilitasi cedera otot dan tendon. Tahap ini digunakan untuk menganalisis penampilan atlet/tim pada pertandingan yang lalu. Setelah film-film, foto-foto dievaluasi dan dianalisis, kemudian dilakukan perbaikan teknik, taktik, fisik, untuk penampilan yang lebih baik di musim latihan berikutnya.
Pentingnya latihan dalam tahap transisi ini terutama ialah utk. mempertahankan fitness agar menghadapi PLT tahun berikutnya atlet sudah berada dalam kondisi yang cukup baik. Sebab kalau menjelang PLT berikutnya kondisi atlet berada di tingkat rendah apalagi di tingkat nol (sebagaimana sering terjadi pada atlet-atlet kita), maka tidak akan ada jaminan bahwa prestasinya dari tahun ke tahun akan bisa meningkat secara progresif.
A. Tujuan :
Untuk memberikan istirahat mental, relaksasi, dan regenerasi biologic.
B . Karakteristik :
a) Istirahat aktif; b) Lakukan di tempat lain dan suasana baru; c) 3 – 5 kali seminggu dengan latihan-latihan ringan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar