Senin, 21 Maret 2011

PENDEKATAN YANG REALISTIS UNTUK MENILAI KEMAJUAN BELAJAR

OLEH SUBARNA,S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Evaluasi sebagai bagian dari komponen proses pembelajaran merupakan suatu tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam rangka untuk mengetahui kemajuan, kekurangan atau kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan, apakah yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan , maupun sikap.
Menilai kemajuan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan kemampuan seorang guru, keberhasilan hasil belajar siswa sangat tergantung kepada perlakukan guru, seorang guru yang baik sungguh bisa menerapkan prinsip-prinsip evaluasi (kontinue, komprehensif, dan sesuai dengan rancangan. Nurhasan (1992:6). Kemajuan belajar semuanya harus diinformasikan kepada lembaganya, orang tua maupun siswa baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran penjas khususnya di sekolah dasar sudah mulai ada peningkatan, yang tadinya hanya 2x30 atau 40 menit perminggu, sekarang untuk kelas bawah 3x35 menit sedangkan kelas tinggi 4x35 menit, suatu prestasi luar biasa bahwa pendidikan jasmani sudah mendapatkan posisi atau penghargaan yang sangat baik di institusi pendidikan.

Pelaksanaan evaluasi di lapangan sebagai bagian penting secara alokasi waktu sudah lebih baik tetapi kendala-kendala yang dihadapi guru penjas seperti jumlah murid yang banyak, sarana dan prasarana yang kurang mendukung dibandingkan dengan jumlah siswa merupakan tantangan yang harus dipecahkan bersama, karena pengetesan pembelajaran penjas tetap harus dilaksanakan, menyangkut aspek penguasaan teori, physical fitness, motor skill, dan sikap. Suherman Adang (2009:167). Dari alasan jumlah murid yang banyak tanpa dibarengi dengan sarana dan prasarana pendukung dalam pembelajaran sehingga guru penjas harus lebih kreatif dalam mencari instrument penilaian kemajuan belajar siswa, karena guru penjas dihadapkan pada karakteristis kemampuan fisik yang berbeda-beda mulai dari kelas 1 sampai 6.

Banyak sekolah yang waktu pendiriannya tanpa memikirkan lahan atau lapangan untuk melakukan pembelajaran pendidikan jasmani sehingga aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani memanfaatkan lahan seadanya, seperti hanya dengan ukuran 5x 20 meter dengan jumlah siswa rata-rata 70 siswa perkelas tanpa diikuti dengan peralatan penjas yang mendukung, sungguh luar biasa dan ini realita yang dihadapi, modifikasi materi pembelajaran merupakan hal biasa yang sering dilakukan tetapi dengan lahan seperti itu pada waktu istirahat, siswa kecenderungannya kurang memanfaatkan aktivitas fisik, hanya yang jadi permasalahan apakah dengan pembelajaran seperti itu aspek penguasaan teori, physical fitness, motor skill, dan sikap bisa ada peningkatan ?

Dari uraian di atas perlu adanya model atau modifikasi evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa menjawab berbagai kekurangan yang ada untuk diterapkan dalam pembelajaran penjas meliputi kesegaran jasmani, keterampilan gerak, penguasaan konsep, dan sikap.



B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi permasalahan supaya tidak melebar jauh, maka pembahasan pada makalah ini adalah sebagai :

1. Alasan penting diadakannya penilaian kemajuan hasil belajar siswa di sekolah.

2. Macam-macam tes kesegaran jasmani

3. Macam-macam tes keterampilan gerak

4. Penerapan tes kognitif

5. Penerapan tes sikap

6. Grading (penetuan nilai)


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui alasan penting diadakannya penilaian kemajuan hasil belajar siswa di sekolah.

2. Untuk mengetahui macam-macam tes kesegaran jasmani

3. Untuk mengetahui macam-macam tes keterampilan gerak

4. Untuk mengetahui penerapan tes kognitif

5. Untuk mengetahui penerapan tes sikap

6. Untuk mengetahui grading (penetuan nilai)






BAB II

PEMBAHASAN


A. Alasan penting diadakannya penilaian kemajuan hasil belajar siswa di sekolah adalah sebagai berikut :

1. Pengetesan memungkinkan guru akan lebih terampil dan akurat dalam menafsirkan kemajuan skill hasil belajar siswa sebab pengetesan menuntut guru untuk menelaah secara seksama kemampuan setiap siswa apakah siswa sudah cukup mampu melakukan, misalnya, keterampilan yang menjadi tujuan pengajaran.

2. Pengetesan yang dilakukan di akhir jenjang pendidikan. misalnya pada siswa kelas enam SD, akan memberikan informasi tentamg keberhasilan keseluruhan program: aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa.

3. Pengetesan akan meningkatkan akreditasi profesi. Dalam hal ini selain guru bisa melihat dan menilai kemajuan kemampuan siswa, juga. apabila dilaksanakan dengan administrasi yang tertib, guru dapat memberikan bukti kepada orang tua siswa, kepala sekolah, maupun pihak lain apabila diperlukan.

4. Pengetesan dapat dijadikan alat ukur yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengukur keberhasilan PBM yang dilakukan oleh gurunya apakah PBM berlangsung secara efektif atau malah sebaliknya. Guru terkadang sering terkejut melihat hasil pengetesan. PBM yang menurut gurunya sudah dilaksanakan dengan baik ternyata hasil tes menunjukkan kurang baik atau malah sebaliknya.

Dengan demikian tantangan yang sangat mendesak bagi para guru Penjas sekarang ini bukannya dimana atau bagaimana menemukan alat ukur yang valid, reliabel, dan objektif, akan tetapi Bagaimana cara melakukan .pengetesan yang realistis yang sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia dan jumlah siswa yang relatif banyak sehingga dapat mengetahui dengan jelas pengaruh program Penjas terhadap perkembangan kemampuan siswa pada akhir keseluruhan jenjang program pendidikan tertentu.


B. Macam-Macam Tes Kesegaran Jasmani

Salah satu tes yang sering digunakan oleh para guru Penjas di sekolah adalah tes kesegaran jasmani. Sekarang ini terdapat banyak versi pengukuran kesegaran jasmani yang digunakan oleh para guru yang pada dasarnya meliputi: lari jarak jauh, fleksibilitas, kekuatan otot bagian atas, dan otot perut. Lepas dari versi tersebut, ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh para guru untuk menghemat waktu dan lebih bermanfaat bagi para siswa, sebagai berikut:


1. Mengetes sendiri dan dengan partner

Mengetes diri sendiri dan berpasangan merupakan dua cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menghemat waktu. Langkah-langkahnya:

a. Guru terlebih dahulu harus menjelaskan bagaimana pelaksanaan dan penskorannya.

b. Guru menjelaskan pentingnya kejujuran dan mempercayakannya kepada siswa.

c. Untuk menanamkan motivasi instrinsik, guru berusaha tidak membanding-bandingkan skor hasil tes siswa yang satu dengan skor hasil. tes siswa yang lainnya. Sebagai penggantinya, guru membandingkan skor hasil tes sekarang dengan skor hasil tes sebelummya.

d. Gunakan format penskoran baik yang dibuat oleh guru sendiri maupun format yaug sering dipublikasikan.

Untuk lebih jelasnya, lihat contoh modifikasi format tes kesegaran jasmani berikut ini:

Contoh Format Tes Kesegaran Jasmani


Nama…………………

Usia………………….

Kelas…………………





Fitness

componen Item tes Pre-test

tgi Target

saya Tes sendiri Tes sendiri

tgl Post-tes

tgl

Aerobic endurance lari/jalan 1000 m 500 m atau ….

Body

composition subscapular triceps calf

Flexibility flexion of thrunk

Abdominal strength/, endurance sit-ups

upper bady strength/ endurance pull-ups atau


Beberapa keuntungan pelaksanaan tes seperti ini antara lain adalah:

a. Memberikan bukti kemajuan hasil belajar kepada siswa maupun pada orang tuanya.

b. Memungkinkan siswa rnampu melakukan pengukuran terhadap kesegaran jasmani dirinya sendiri.

c. Manajemen pengadministrasian yang lebih terbuka terhadap semua pihak.

Model pengetesan semacam ini mungkin tidak bisa berjalan pada semua kelas tetapi mungkin bisa berjalan pada setiap sekolah terutama pada kelas yang siswanya sudah cukup mengerti.


2. Kentang katagori hasil tes (skor) yang lebih luas

Dalam proses ini guru mengasumsi bahwa pelaksanaan pengetesan jauh lebih penting daripada hanya sekedar memperoleh angka hasil tes. Oleh karena itu rentang katagori hasil tes diperluas. Misalnya Untuk lari 1000 meter dibagi menjadi tiga kategori:

a. di bawah 5:30, b. antara 5:31 dan 8:30, dan c. 8:31 ke atas. Demikian juga untuk sit-ups, misalnya: a. di bawah 10, b. 11- 40, dan c. di atas 40. Manakala guru harus menilai keseluruhan program, maka guru tersebut dapat menggunakan kategori tersebut sebagai barometer.



3. Melibatkan orang lain

Penglibatan orang lain dalam pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan cara merekrut siswa yang lebih senior, guru lain, orang tua siswa atau mahasiswa sebagai sukarelawan.


C. Tes Keterampilan Gerak

Perkembangan keterampilan gerak merupakan salah satu tujuan dari diadakannya program Pendidikan Jasmani di sekolah-sekolah. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan keterampilan gerak siswa. Namun, tes-tes tersebut pada umumnya lebih sulit digunakan karena memerlukan penjabaran yang lebih rinci. Selain itu, tes-tes tersebut juga lebih sulit dikelola untuk semua siswa dalam suatu kelompok mengingat perkembangan kemampuan siswa yang beragam, dan mungkin juga karena jarang digunakan sehingga guru jarang memikirkan cara yang lebih efektif. Namun demikian, para guru tetap masih mungkin, dapat melakukan pengukuran terhadap perkembangan keterampilan gerak tanpa harus menggunakan semua waktu yang tersedia pada jam pelajaran Penjas.

1. Tempat Tes yang Permanen

Salah satu cara menghemat waktu pengetesan adalah dengan cara membuat tempat pelaksanaan tes secara permanen di lantai, di dinding, atau di lapangan sehingga guru tidak harus selalu membuat tempat-pelaksanaan tes pada setiap akan mengadakan tes. Misalnya guru tidak harus selalu membuat lingkaran sasaran pada dinding dan dari mana melempar bolanya pada saat akan mengadakan tes melempar bola ke dinding karena sudah dibuat secara permanen sebelumnya. Tentu saja dalam pembuatan tempat tes permanen ini harus dipertimbangkac jenis tes apa yang harus dipermanenkan dan bagaimana pembuatannya sehingga dapat digunakan untuk bermacam-macam tes. Keuntungan dari cara seperti ini, antara lain adalah :

a. menghemat waktu,

b. siswa dapat melakukan tes untuk kepentingannya sendiri, dan

c. guru dapat melakukan tes seperti learning center.

2. Menilai komponen yang kritis

Secara umum, pengukuran keterampilan gerak biasanya lebih sering menekankan pada aspek kuantitatif, misalnya, berapa frekuensi, melempar bola ke dinding dalam tempo 30 menit, berapa jumlah skor dari lima kesempatan melempar bola ke dinding. Namun demikian sekarang, para guru sering tidak puas dengan hanya mengetahui jumlah skor atau frekuensi yang diperoleh siswa pada waktu melempar ke dinding. Para guru ingin juga mengtahui lebih jauh bagaimana kualitas lemparannya, misalnya apakah gerakan melempar yang dilakukan siswa sudah benar secara biomekanik (Ulrich 1985) Penilain yang menekankan pada aspek kualitatif seperti disebutkan di atas terkadang cukup banyak menyita waktu, namun demikian ada beberapa alternatif yang dapat digunakan guru untuk menghemat waktu sebagai berikut:

a. Mengobservasi satu komponen kritis

Dengan hanya mengobservasi satu komponen kritis saja (bab 8), maka guru dapat menghemat. waktu untuk pengetesan. Adapun pelaksanaan observasi tersebut dapat dilaksanakan, antara lain, pada waktu tes atau pada waktu PBM berlangsuag.

1) pada waktu tes. Sementara pelaksanaan tes untuk mengetahui frekuensi stroke bulutangkis ke dinding dilakukan, guru dapat mengobservasi apakah siswa menggunakan posisi kaki dengan benar. Perkiraan umum tentang jumlah waktu yang diperlukan untuk melihat kualitas gerakan kaki diperkirakan lima menit atau kurang. Untuk kepentingan tersebut, maka tes stroke tersebut usahakan jangan kurang dari lima menit.

2) pada waktn PBM berlangsung. Menjelang akhir pelajaran, guru menyuruh siswa untuk melakukan lempar tangkap sekali lagi. Sementara siswanya sibuk melakukan lempar tangkap, gurunya mengobservasi semua siswa: Apakah komponen kritis dari lempar tangkap sudah dikuasai oleh sebagian besar siswa? Apakah siswa sudah menggunakan kedua tangannya dengan benar untuk menangkap bola? Dsb.

Untuk mengetahui komponen keterampilan apa yang mendesak harus dikuasai oleh siswa, sebaiknya guru Penjas mendiskusikannya dengan guru Penjas lain. Keuntungan dari cara seperti ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengobservasi dan akan menghasilkan teknik mengobservasi yang lebih reliable.

b. Videotaping

Mengobservasi keterampilan gerak melalui rekaman video merupakan salah satu teknik yang mungkin dilakukan oleh para guru untuk melihat kemajuan keterampilan anak didiknya. Namun demikian, cara seperti ini memerlukan peralatan yang relatif mahal sehingga kalau di sekolah itu tidak ada, maka cara ini sulit untuk dilaksan akan.

Seperti halnya dalam physical fitness, dalam keterampilan gerak juga terdapat banyak komponen-komponen keterampilan gerak yang mungkin dites. Namun demikian hal ini dapat menyulitkan para guru untuk mengetes semua komponen tersebut sekaligus. Oleh karena itu, masuk akal apabila guru memilih dan menilai beberapa keterampilan gerak yang menjadi fokus dalam program pengajaran Penjas dari pada harus menilai 15 atau 20 komponen keterampilan gerak. Keterampilan seperti, melempar, menangkap, menendang, mendribbling, dan memukul bola (dengan tangan, raket, dan bat) merupakan beberapa keterampilan gerak yang menjadi fokus dalam pengajaran Penjas. Contoh format penilaian terhadap kualitas beberapa komponen kritis dalam stroke badminton, lihat pada tabel berikut ini,


Komponen penting aktivitas beiajar stroke



Nama Siswa Gerak Kaki Posisi Bahu Ayunan Raket Follow through

1)

2).

3).

4).

5).


D.Tes Kognitif

Banyak informasi kemampuan kognitif yang ingin diketahui dan dinilai oleh guru dari siswa. Pada saat tersebut guru harus menentukan: informasi apa, kapan, dan bagaimana mengetesnya. Untuk itu, pertama, item :es harus merefleksikan sesuatu yang sudah diajarkan, dan kedua, pengetesan harus direncanakan dan dikelola. Seperti halnya dalam pelaksanaan tes kesegaran jasmani dan keterampilan gerak, terdapat baryak cara mengheviat waktu dalam pelaksanaan tes kognitif yang masih tetap dapat mengumpulkan informasi yang sangat bermanfaat. Antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Tes di Kelas

Cara yang paling sering digunakan oleh para guru Penjas untuk mengukur kemampuan kognitif adalah dengan mengadakan tes di dalam kelas. Untuk mengetahui apakah siswa menguasai materi yang sudah diajarkan oleh guru, guru harus betul-betul mampu membuat pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk memahami bacaannya. Kemampuan siswa untuk menjawab jangan sampai terhambat oleh penggunaan istilah atau gaya bahasa yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mengurangi beban guru dalam menulis soal yang baik, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

• Tidak banyak tetapi sering. Agaknya masuk akal apabila guru Penjas membuat soal yang tidak begitu banyak akan tetapi frekuensinya lebih sering. Misainya, apabila guru biasanya mengadakan tes kognitif satu kali persemester dengan jumlah soal 30 item, maka sekarang dapat diubah oaranya menjadi tiga kali dalam satu semester dengan jumlah soal masing-masing 10 item.

• Pembagian waktu tes yang berbeda. Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kalau guru memberikan tes pada waktu yang bersamaan terhadap siswa yang jumlahnya kurang lebih 400 orang, maka guru tersebut akan kewalahan memeriksanya. Oleh karena itu perbedaan waktu pelaksanaan tes merupakan salah satu altefnatif untuk memecahkannya.

• Dikoordinir oleh sekolah. Dengan dikoordnir oleh sekolah maka pelaksanaan tes kognitif dapat melibatkan guru lain.

Keuntungan dari cara mengadakan tes seperti ini selain mengurangi

beban guru juga mengurangi beban siswa dan menghemat waktu; dalam satu

jam pelajaran bisa digunakan untuk pengetesan dan PBM. Salah satu contoh

tes kognitif adalah sebagai berikat :

1) Agar melempar lebih jauh, anda harus:

a) meluruskan punggung pada saat melempar

b) merubab. posisi badan ke samping sebelum melakukan lemparan

c) melompat dengan kedua kaki sebelum melempar

d) tidak tahu

2) Untuk apa anda melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga1?

a) agar badan tidak dingin waktu berolaharaga

b) menghindari terjadinya cedera waktu olahraga

c) menguatkan tulang pada waktu olahraga

d) tidak tahu

3) Apa yang harus dilakukan supaya anda bisa melompati bangku lebih

tinggi?

a) kedua hingkai harus liirus sebeluni rnelornpat

b) berdiripadajarikaki sebelum melompat

c) tekuk lutut sebelum melompat

d) tidaktahu

4) Apa yang harus dilakukan agar bisa mengangkat benda berat dengan

aman? -

a) bengkokkan ke dua lutut

b) bengkokkan punggung

c) luruskan kedua tungkai

d) tidak tahu.

5) Untuk menangkap bpla dengan benar, anda harus:

a) bengkokkan kedua sikut

b) luruskan kedua lengan

c) palingkan kepala ke samping

d) tidak tahu

2. Tes tulis singkat di lapangan

Salah satu tes tubs singkat di lapangan adalah dengan cara menyuruh siswa untuk menolong temannya yang tidak bisa. Guru membawa kertas untuk ujian berikut pensilnya. Selanjutnya guru menyuruh siswa, rnisalnya " Si Amir tidak tahu cara mendribling bola, ruliskan lima kiat yang ingin anda beritahukan kepada Amir sehingga Amir dapat melakukan dribbling dengan baik". Hasil dari cara seperti ini akan memberi tahu guru tentang apa yang sudah dan belum diketahui oleh siswa dari lima kiat yang harus dikuasai siswa dalam melakukan dribbling.

3. Mengecek pemahamaa siswa

Cara seperti ini biasanya dilakukan pada akhir jam pelajaran. Guru menyuruh atau bertanya kepada siswa untuk mengekpresikan pemahaman teutang konsep atau komponen keterampilan gerak yang baru saja diajarkannya." Sebagai contoh: pada aktivitas penutupan di akhir jam pelajaran, guru bertanya kepada siswa sebagai berikut:

• Tunjukkan bagaimana posisi kedua tangan anda pada saat menangkap bola dari atas!

• Tunjukkan bagaimana cara melakukan streching untuk otot bagian bawah.!

• Tunjukkan bagaimana posisi kedua kaki pada waktu pendaratan setelah melompat!

Hasil dari cara seperti ini memberitahu guru seberapa jauh siswa memaharni konsep. Tentu saja ini tidak berarti bahwa siswa akan mampu menerapkan konsep tersebut dalam praktek. Namun demikian pengertian siswa akan konsep dapat menjadi dasar atau merupakan langkah awal untuk dapat menguasai keterampilan dengan baik.

4. Kartu survey

Cara lain untuk mengetahui apakah siswa memahami konsep yang diajarkan adalah dengan cara menggunakan kartu suvey pada akhir jam pelajaran. Guru membagikan kartu merah dan hijau kepada siswa di akhir jam pelajaran. Selanjutnya mendemonstrasikan gerakan suatu keterampilan dengan salah (atau benar). Surah siswa mengumpulkan kartu di tempat tertentu pada saat siswa meninggalkan lapangan. Kartu merah apabila yang diperagakan guru benar dan kartu biru apabila yang diperagakan guru salah. Sisa kartu diberikan lagi pada gurunya.


E. Tes Sikap

Selain tes-tes yang sudah diuraikan di atas, guru juga seharusnya mengadakan tes sikap untuk mengetahui sikap anak didiknya terhadap aktivitas belajar yang diberikan dan sikap terhadap dirinya sendiri. Sikap anak didik ini sangat penting sebagai barometer untuk menentukan kccenderungan gaya hidup (active lifestyle) siswa, sekarang dan selanjutnya. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk melakukan tes sikap.

1. Kartu ceria

Hampir sama seperti kartu survey, guru menyediakan paling tidak tiga kartu ceria untuk setiap siswa. Masing-masing terdiri dari kartu yang bergambar muka. ceria, muka netral, dan muka muram (lihat gambar di bawah ini). Sebelum siswa meninggalkan tempat olahraga, suruh siswa untuk memilih salah satu kartu tersebut dan simpan di tempat yang sudah ditetapkan guru. Pilihan kartu harus menggambarkan perasaan siswa akan kemarripuannya, kesenangannya, atau akan pelajaran yang diberikan gurunya. Beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa sebelum siswa mengambil kartu sebagai berikut:

a) Bagaimana perasaan anda tentang pelajaran hari ini?

b) Bagaimana perasaan anda tentang kemampuan anda dalam mendribbling bola di tempat?

c) Bagaimana pearasaan anda untuk melanjutkan belajar dribbling pada pertemuan berikutnya?

d) Bagaimana perasaan anda apabila latihan conditioning pada kegiatan ekstrakurikuler?

Contoh kartu ceria:

Muram Ceria Netral




2. Tes Tulis

Selain biasa digunakan untuk tes kognitif, tes tulis sering juga digunakan untuk tes sikap. Tes sikap seperti ini cukup baik untuk meggambarkan sikap siswa terhadap aktivitas yang dilakukannya. Dari hasil penelitian (Graham, Metzler, dan Webster, 1991) tentang sikap siswa terhadap macam-macam aktivitas menunjukkan bahwa siswa secara konsisten melingkari gambar wajah ceria kecuali untuk sikap terhadap senam dan tari, siswa lebih banyak melingkari gambar yang netral dan muram, terutama siswa laki-laki terhadap kegiatan tari menunjukkan sikap yang muram. Dari hasil penelitian tersebut secara implisit menyarankan bahwa aktivitas senam dan tari dalam Pendidikan Jasmani harus dievaluasi kembali, Beberapa contoh pertanyaan tes tulis untuk mengetahui sikap siswa adalah sebagai berikut:


No Pernyataan Pilihan

1 Saya lebih senang melakukan latihan atau berolahraga dari pada nonton TV Ya tidak

2 Orang yang berlatih secara teratur narnpak lebih senang melakukan kegiatan olahraga Ya tidak

3 Di sekolah, saya selalu ingin mendapatkan pelajaran Penjas Ya tidak

4 Selama Pelajaran Penjas di sekolah, saya melakukan olahraga sampai berkeringat Ya tidak

5 Pada saat tumbuh dewasa, saya mungkia akan giat melakukan olahraga Ya tidak

6 Bagaimana perasaan anda tentang kemampuan stroke dalam bulutangkis


7 Bagaimana perasaan anda tentang kemampuan menendang bola ke target




No Pernyataan Pilihan

8 Bagaimana perasaan anda tentang kemampuan lari jarak jauh


9 Bagaimana perasaan anda tentang kemarapuan melakukan macam-macam

permainan dan olahraga


10 Bagaimar.a perasaan anda tentang partisipasi dalam senam


11 Bagaimana perasaan anda tentang partisipasi dalam tari




F. Grading (Penentuan Nilai)

Penentuan nilai merupakan bagian yang penting dalam proses evaluasi. Tanpa penentuan nilai, skor maupun informasi yang diperoleh melalui pengukuran terkadang kurang mempunyai makna. Oleh karena itu skor atau informasi yang diperoleh melalui pengukuran selalu dilengkapi dengan usaha penentuan nilai.

Sementara itu, penentuan nilai juga haras memperhatikan kritera tertentu, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Penilaian Acuan Norma digunakan untuk membedakan kemampuan siswa dengan siswa lainnya: dalam suatu kelompok. Artinya, penampilsn seseorang dibandingkan dengan yang lainnya untuk mengetahui seberapa baik yang bersangkutan dalam kelompok. Sebaliknya, Penilaian Acuan Patokan adalah membandingkan kemampuan seseorang dengan tingkat penguasaan tertentu. Tekanan dari penerapan PAP adalah penetapan tingkat penguasaan materi pada diri siswa. Sedangkan PAN menitik beratkan pada seberapa jauh penyimpangan seseorang dari rata-rata kelompoknya. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk melakukan penilaian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Metode Kesenjangan dalam Distribusi

Metode kesenjangan dalam distribusi adalah salah satu metode penentuan nilai yang didasaikan pada kesenjangan pcnyebaran skor yang diperoleh dari hasil pengukuran. Skor hasil pengukuran yang biasanya bervariasi diurutkan atau direngking dari skor yang tertinggi sampai skor yang terendah. Dari rengking tersebut selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan besamya skor. Klasifikasi skor tinggi diberi nilai paling tinggi demikian juga klasifikasi. skor paling rendah diberi skor paling rendah. Untuk lebih jelasnya lihat contoh di bawah ini.



Skor Nilai Skor Nilai

85 85 84 83 82 A 67

67

66

65

66

64

64 C




75 74 73 72



B



58 57 57 D

42 41

40 E


Rentang skor dari masing-masing tes dan kelas biasanya bervariasi, ada yang besar dan ada juga yang kecil. Oleh karena itu interval skor dari masing-masing klasifikasi nilai juga berbeda-beda. Rentang skor yang besar biasanya mempunyai interval skor yang besar juga. Besar interval skor pada contoh di atas adalah empat. Untuk nilai A, misalnya, terdiri dari siswa yang mempunyai skor antara 82 - 85. Karena inerval skor sangat bervariasi tergantung dari rentang skor, maka cara ini kurang disukai oleh para guru.

2. Metode Persentase

Metode persentase adaJah salah satu metode penentuan nilai yang didasarkan pada persentase tingkat penguasaan materi yang tercermin dari skor hasil tes. Oleh karena tingkat penguasaan digunakan sebagai kriteria, maka acuan yang digunakan dalam metode ini adalah acuan patokan. Contoh metode persentase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



Nilai Tingkat Penguasaan

A B C D G 80%

70%

60%

50%

di bawah 50%


Permasalahan yang dihadapi para guru yang akan menggunakan metode.ini adalah penentuan batas lulus atau batas nilai. Misal berapa persen seorang siswa harus menguasai materi pelajaran apabila ingin mendapat nilai A, untuk nilai B, dst. Patokan yang jelas tentang batas nilai atau batas lulus tersebut memang tidak tegas. Oleh karena itu penentuan.batas tersebut harus dilakukan dengan cermat. Di antara para guru, penetapan batas lulus atau batas nilai tersebut sering juga dilakukan berdasarkan pengalaman.

3. Metode Kumulatif Skor

Metode ini pada dasamya adalah metode penentuan nilai yang didasarkan pada total skor dari beberapa tes yang diberikannya. Untuk itu, guru harus mengetahui dulu jumlah skor dari masing-masing tes pada setiap siswanya, Selanjutnya skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui skor totalnya. Berikutnya guru harus menentukan.skala penilaiarinya. Untuk lebih jelasnya, lihat con,toh di bawah ini.


Nama Skor masing-masing tes Total Skor Nilai


tesl tes 2 tes 3 tes 4




45 72 62 82 53 46 66 73 63

68 77 54 54 46 47 64 215

232 252 273

Keterangan: Tes 1 = teori

Tes 2 = kesegaranjasmani

Tes 3 = keterampilan olahraga

Tes 4 = partisipasi


Skala Penilaian


Nilai Rentang Skor

A di atas 330

B 330 - 281

C 280 - 231

D 230 - 180

E di bawah 180


4. Metode Kurva Normal

Metode penentuan nilai yang paling lazim digunakan adalah metode kurva normal. Metode penentuan nilai dengan cara ihi didasarkan pada sebuah distribusi normal. Untuk dapat menggunakan metode ini, penilai harus paham betul tentang ciri-ciri kurva normal, cara menghitung skor rata-rata dan simpangan baku, dan luas kurva normal. Setelah diperoleh skor rata-rata dan simpangan baku maka penentuan batas skor bagi masing-masing interval nilai sesuai dengan luasnya kurva normal tidak akan terlalu sulit. Sementara itu, batas skor bagi masing-masing interval nilai sifatnya tidak kaku; bisa saja dimodifikasi, misal, intervalnya menjadi lebih besar agar bisa mengkatrol skor yang lebih kecil. Tabel di bawah ini merupakan salah satu contoh penentuan nilai dengan menggunakan metode kurva normal.

Nilai Skor-z Skor T Persentil

7 %

18 %

50 %

18 %

7 % 1,48 ke atas

0,67%

-0,67%

-0,48%

-1,48 ke bawah 64,8 ke atas

56,7- 64,8

43,3- 56,7

35,2- 43,3

35,2 ke bawah 93 ke atas

75 - 92

26 -74

8 -25

7 ke bawah


5. Metode Kontrak

Metode penentuan nilai yang mungkin paling jarang digunakan di Indonesia adalah metode kontrak. Namun demikian cara ini terkadang digunakan, misalnya, di perguruan tinggi. Metode kontrak adalah metode penentuan nilai yang didasarkan pada kesepakatan antara guru dan siswa tentang apa-apa yang harus dilakukan siswa untuk memperoleh nilai tertentu. Sebagai contoh untuk menentukan nilai A pada pelajaran atletik, lihat tabel di bawah ini.



Nilai kriteria

A laril00m=12detik

lompat jauh = 5 m

tolak peluru 7 m

membuat jurnal dari 3 artikel atletik makalah 3-4 lembar


Untuk memperoleh nilai B, tentu saja kriteria yang harus terpenuhinya lebih rendah dari pada untuk memperoleh nilai A. Contoh niiai-nilai yang penulis gunakan tersebut di atas yaitu dalam bentuk huruf (A, B, C, D, dan E) sebetulnya bukan satu satunya bentuk nilai yang sering digunakan. Bentuk nilai lainnya yang sering juga digunakan misalnya:

1. Dalam bentuk angka misalnya, dari mulai satu sampai 10.

2. Dalam bentuk kata misalnya, bagus, sedang, dan kurang, memuaskan,

dan tidak memuaskan.

3. Dalam bentuk persentase, misalnya: 64%, 70%, 56%.

4. Dalam bentuk dua kelas dikhotomi, misakya: berhasil dan gagal.

Namun demikian, apapun bentuk nilai yang digunakan, yang penting adalah kebermaknaan bentuk nilai tersebut bagi orang tua siswa. Oleh karena itu Portman (1989) menganjurkan para penilai untuk nielakukan hal sebagai berikut:

1. Memberi tambahan pemberitahuan kepada orang tua siswa tentang kelemahan anaknya (misalnya aspek menendang, melempar, memvolley) daripada hanya sekedar memberitahu nilainya saja misalnya enam atau tujuh.

2. Memberikan program perbaikan kepada orang tua siswa tentang bagaimana cara memperbaiki kelemahan keterampilan anaknya melalui pemberian gambar dan program latihannya, sehingga diharapkan para orang tua juga dapat membantu meningkatkan keterampilan anaknya yang dinilai masih kurang.













BAB III

KESIMPULAN


A. Alasan penting diadakannya penilaian kemajuan hasil belajar siswa di sekolah adalah sebagai berikut :

1. Menuntut guru untuk menelaah secara seksama kemampuan setiap siswa apakah siswa sudah cukup mampu melakukan, misalnya, keterampilan yang menjadi tujuan pengajaran.

2. Memberikan informasi tentang keberhasilan keseluruhan program: aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa.

3. Meningkatkan akreditasi profesi. apabila dilaksanakan dengan administrasi yang tertib

4. Alat ukur yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengukur keberhasilan PBM yang dilakukan oleh gurunya

B. Macam-Macam Tes Kesegaran Jasmani

1. Mengetes sendiri dan dengan partner

2. Kentang katagori hasil tes (skor) yang lebih luas

3. Melibatkan orang lain

C. Tes Keterampilan Gerak

1. Tempat Tes yang Permanen

2. Menilai komponen yang kritis

a. Mengobservasi satu komponen kritis

b. Videotaping

D.Tes Kognitif

1. Tes di Kelas

2. Tes tulis singkat di lapangan

3. Mengecek pemahamaa siswa

4. Kartu survey

E. Tes Sikap

1. Kartu ceria

2. Tes Tulis

F. Grading (Penentuan Nilai)

1. Metode Kesenjangan dalam Distribusi

2. Metode Persentase

3. Metode Kumulatif Skor

4. Metode Kurva Normal

5. Metode Kontrak


DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. CV Bintang Warli Artika. Bandung.

Nurhasan,dkk (1992). Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar